Tuesday, April 10, 2012

SIFAT-SIFAT PENDIDIK YANG BERJAYA

Memang tidak ada manusia yang sempurna melainkan Rasulullah SAW. Namun sebagai orang tua kita harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar boleh  dijadikan tauladan bagi anak-anaknya. Semakin elok  sifat-sifat orang yang bergelar sebagai pendidik, semakin hampir tahap keberhasilannya dalam mendidik anak-anak. Berikut ini adalah sifat-sifat yang perlu ada pada seorang pendidik.
a) Penyabar dan tidak pemarah
Dua sifat ini, yakni penyabar dan tidak pemarah, menurut Rasulullah SAW adalah yang dicintai oleh Allah swt. [ h.r. Muslim dari Ibnu Abbas ]. Berkenaan dengan sifat ini ada sebuah kejadian menarik yang diceritakan oleh Abdullah ibnu Thahir.
“ Pada suatu hari,”  kata Abdullah bercerita, “Saya bersama Al-Makmun [ seorang khalifah Bani Abbasiyah], lalu memanggil pelayannya, “Ghulam”! tidak dijawab, “Ghulam”! kedua kalinya pun tidak dijawab, lalu dipanggil yang ketiga kalinya barulah seorang pelayan lelaki muda keluar sambil berkata, Apakah seorang pelayan tidak berhak makan dan minum? Bukankah saya baru saja melayani anda, kenapa dipanggil-panggil lagi? Mendengar bicara pelayannya itu Al-Makmun lama tertunduk. Saya curiga jangan-jangan Al-Makmun akan menyuruh saya untuk memenggal leher pelayannya itu. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan memandang saya, “ Wahai Abdullah, ujarnya, “Jika ada majikan yang baik, justeru pelayannya yang buruk. Tapi saya tidak mau berperilaku buruk untuk memperbaiki perilaku pembantu saya.”
b) Lemah-lembut dan menghindari kekerasan
Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“ Allah itu Maha Lemah-lembut, cinta kelemah-lembutan. Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya “ [h.r. Muslim dari Aisyah ]
Sabda yang lain yang bermaksud:
” Tidaklah kelemah-lembutan itu terdapat pada sesuatu melainkan akan membuatnya indah, dan ketiadaannya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk” [h.r. Musli ]
Sifat demikian juga ditunjukkan oleh para salafus soleh dalam bermuamalah. Diantaranya adalah kejadian yang pernah dialami oleh budak lelaki Imam Zainal ‘Abidin ( cicit Sayidina Ali ).   Pada suatu hari budak itu menuangkan air minum ke gelas minumnya Imam Zainal Abidin dari teko yang terbuat dari porselin. Tiba-tiba teko itu jatuh dan mengenai kaki sang Imam hingga berdarah. Cepat-cepat pelayan itu berkata,
“ Wahai Tuan, Allah telah berfirman, “ Dan mereka itu adalah orang-orang yang mampu menahan kemarahan “
Mendengar itu beliau berkata, “Ya, saya tahan kemarahan saya.”
“ Dan ( juga ) pemaaf kepada manusia.” Kata budak itu membaca sambungan firman Allah tadi.
” Ya, saya pun telah memaafkan kamu.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.
Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”  Sambung budak itu menyempurnakan bunyi firman Allah tersebut.
”Sudah, kamu saya merdekakan kerana Allah.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.
c ) Hatinya penuh Rasa kasih Sayang
Sulaiman Malik Ibnu Al Huwairits pernah tinggal ( untuk berguru ) bersama Rasulullah SAW, bersama teman-teman sebayanya selama dua puluh malam. “ Kami dapati beliau sebagai seorang yang sangat penyayang dan pengasih,” cerita Al Huwairits. “ Setelah beliau melihat bahawa kami sudah rindu kepada keluarga, beliau bertanya tentang siapa saja orang-orang yang kami tinggalkan di rumah. Kami pun memberitahukannya. Lalu, kami diperintahkan agar pulang.”  Beliau menasihati,
“Pulanglah kepada keluarga kamu, tinggallah bersama mereka, ajari mereka, berbuat baiklah kepada mereka, dan solatlah kamu seperti ini di waktu demikian, solatlah begini di saat demikian! Jika tiba waktu solat, salah seorang harus azan dan yang paling tua menjadi imam.” [Muttafaq’alaih]
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“ Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidak akan masuk syurga kecuali orang yang bersifat penyayang.”
Seorang sahabat berkata, “wahai Rasulullah, setiap kita mampu menyayangi.”
Rasulullah saw. Menjawab ;
“ Kasih sayang itu bukan ( terbatas ) seorang menyayangi kawannya, namun kasih sayang untuk semua manusia “ [ diriwayatkan Ibnu Bazzar dari Ibnu Umar ]
d ) Memilih yang termudah dianatara dua perkara selagi tidak berdosa
‘Aisyah berkata,
Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah antara dua pilihan melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu tidak berdosa. Jika itu dosa maka beliaulah orang yang paling jauh meninggalkannya. Dan, beliau tidak mendendam sama sekali terhadap dirinya kecuali jika dirinya melanggar larangan Allah. Maka beliau akan menghukum dirinya sendiri karena Allah [ Muttafaq’alaih ]
e )  Fleksibel
Bukan fleksibiliti yang berarti lemah dan kendor sama sekali, melainkan sikap fleksibel dan mudah yang tetap berada dalam batas  syariah. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
Maukah kuberitahukan terhadap siapakah api neraka itu diharamkan atau siapakah yang diharamkan dari neraka?”
Beliau bersabda:
Neraka itu diharamkan terhadap orang yang dekat, sederhana, fleksibel dan mudah”
f ) Tidak Emosional ( Suka Marah )
Dalam pendidikan, sifat pemarah dan emosional harus dijauhi. Sifat demikian bahkan menjadi faktor kegagalan dalam pendidikan anak, maka ketika ada orang yang meminta Nabi agar diberi pesan secara khusus, tiga kali beliau memintanya agar tidak suka marah.
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:
“ Orang kuat itu bukan karena kekuatannya dalam berkelahi, tetapi karena kemampuannya mengendalikan diri ketika sedang marah “ ( Muttafaq’alaih )
diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah
g) Bersikap moderat dan seimbang
Ekstrim dan berlebih-lebihan adalah sikap tercela. Jika harus marahpun ada tempatnya dan tidak sampai menyebabkan tindakan keluar dari kebenaran. Rasullullah saw, sebagaimana layaknya manusia lain, juga pernah marah. Namun, jika marah pun karena kebenaran. Kalimat yang terucap pun tidak pernah keluar dari kebenaran.
Ada seorang laki-laki mengadu kepada Nabi bahawa dirinya akan datang terlambat ketika solat subuh lantaran si fulan jadi imam itu suka memanjangkan salatnya. Ketika berpidato, semasa menyentuh masalah itu, beliau marah sekali hingga tidak seperti biasanya.
Kemudian Rasulullah SAW  bersabda yang bermaksud:
Wahai sekalian manusia! Ada di antara kamu yang menyebabkan orang lari ( dari Islam ) maka siapa saja yang menjadi imam, hendaklah mempersingkatkan solatnya. Kerana di belakang kamu ada orang tua, anak kecil dan orang yang ada keperluan [Muttafaq’alaihi ]
h) Ada ketidakseimbangan waktu dalam memberi nasihat
Sering kali banyak bercakap itu tidak membuahkan hasil. Sebab itulah Imam Ibnu Hanifah berpesan kepada muridnya,
Janganlah kamu mengajarkan fiqh kamu kepada orang yang sudah tidak berminat!”
Ibnu Mas’ud ra. hanya memberi nasihat kepada para sahabat setiap hari khamis.
Maka ada seorang yang berkata kepada beliau,” Wahai Abu Abdur Rahman, alangkah baiknya jika anda memberi nasihat kepada kami setiap hari.”
Beliau menjawab,
Saya enggan begitu kerana saya tidak ingin membuat kamu merasa bosan dan saya memberi ketidakseimbangan (imbalance) waktu dalam memberi nasihat sebagaimana Rasulullah lakukan terhadap kami dahulu kerana kuatir kami bosan.”(Muttafa’alaih)

No comments:

Powered by Blogger.